seratan Assaalik ila Allah

DARI LEMBAGA KETUHANAN

Aku terus menulis dan terus menulis,
mengalir dari Cahaya DiriNya kepada murid yang benar-benar murid
dan murid yang benar-benar murid adalah
hamba yang dengan hidayahNya
menyatu dengan dawuh gurunya
belajar terus agar tetap mbalung sungsum dengan ajarannya.
dan dari data yang tertulis dalam Lauh MahfudzNya
Tetap sebagaimana keputusan firmanNya,
sedikit sekali jumlahnya



Hanya saja di zaman akhir ini
dari yang sedikit itu
Dijadikan Tuhan bisa menularkan
kepada murid yang berkehendak bertemu Tuhan, yang
masih dengan berbagai macam perhitungan
hingga tetap terjaga keselamatan matinya
meskipun masih harus merasakan betapa hebatnya
siksa kubur yang harus dijalaniya.

Itulah sebuah kemurahan di zaman akhir yang digelar
dan yang tetap saja tidak bisa dimengerti
oleh hamba yang hidupnya berpedoman dengan nafsu dan watak akunya
meskipun ia telah mendapatkan ilmunya.

Apalagi dengan yang hendak aku tulis ini
dari Lembaga Ketuhanan yang kesucianNya hanya bagi Diri Ilaahi sendiri
ditulis hamba yang ngayawara dan nggladrahnya juga hampir habis
terobsesi
dengan tipuan hal dunia yang terjadi.

Bahwa apa yang juga sering diutarakan para Wasithah
tentang perubahan wolak waliking zaman
lalu akan ada diwujudkannya sebuah keadaan
zaman ratu adil atau zaman imam mahdi yang menjanjikan
ternyata
setalah aku jlimeti dengan mata batin yang masuk ke dalam wilayahNya
njegur ke dalam celupanNya
tujuan pokok beliau-beliau adalah
agar di zaman akhir ini lebih banyak yang terpanggil
dengan kemurahan hidayah Allah yang digelar di zaman mukmin
Maka perlu di takut takuti
dan juga perlu diberi kabar yang menggembirakan.

Hal di atas persis dengan kehendak Allah menciptakan surga dan neraka
Maunya Tuhan agar hambaNya banyak yang terpanggil dengan rela hati menyembahNya 
supaya menjadi hamba yang mulia di sisiNya
tetapi harus di uji agar dapat diketahui 
kesetiaan lahir dan batinnya kepada DiriNya
dan termasuk ujian itu adalah 
digembirakan dengan janji hendak dimasukkan ke dalam surga
dan ditakut-takuti dengan ancaman neraka
dan ternyata semua ujian itu membelokkan tujuan pokoknya.

Sebagaimana perumpamaan yang nyata terjadi pada diri manusia
Allah Azza Wajalla menciptakan sepuluh ribu orang
untuk menguji kesetiaan pada DiriNya
Allah menguji dengan mewujudkan iming-iming dunia dengan segala kehormatannya
maka yang sembilan persepuluhnya, yaitu yang sembilan ribu manusia
yang dituju tidak lagi Diri Tuhan Yang menciptakan
tetapi kehidupan dunia dengan segala iming-imingnya.

Tuhan masih menguji lagi dengan iming-iming surga
maka yang sembilan persepuluh dari sisa yang tinggal seribu orang
yaitu yang sembilan ratusnya
ibadahnya tidak murni sejati menuju pada Tuhan lagi
tetapi mengharap mendapat iming-iming surga
tinggallah seratus orang saja.

Tuhan menguji lagi dengan ancaman neraka
maka yang sembilan persepuluh dari sisa seratus orang itu 
membelok
ibadahnya karena takut neraka
maka tinggallah sepuluh orang saja.

Yang tersisa sepuluh orang ini
oleh Allah masih di uji pula
yaitu dengan adanya susah, bungah
sedih, gelisah, khawatir, enak, nggak enak dan lain sebagainya
maka yang sembilan persepuluhnya
nangsang disitu
bila dirasa enak, berjalanlah ia di jalan Tuhannya,
memenuhi perintah gurunya
dan bila di rasa ada yang tidak enak, 
berhentilah ia dengan nafsunya.
Maka tinggal satu saja
yang terus berjalan menuju Tuhannya
tidak peduli apapun yang terjadi
tekadnya hanya satu saja
berjalan menuju kepada Tuhan sehingga sampai.

Demikian halnya berita dan segala macamnya
yang datangnya bergelombang dengan bermacam variasinya
bahwa akan ada wolak-waliking zaman
ngamuknya lelembut dan segala macam bencana yang menghancurkan
kemudian dimunculkannya zaman keadilan
semua itu ternyata adalah ujian
menguji kesetiaan murid
apakah niat hidupnya untuk dapat selamat bertemu Tuhan
tetap lurus atau akan dapat dibelokkan.

Bagi yang lurus 
sama sekali tidak peduli
akan ada apa di dunia ini
tetap DiriNya Ilaahi yang dijadikan tujuan hidup yang sejati murni.

Hakekat wolak waliknya zaman adalah 
wolak-waliknya jagadnya pribadi
ikut yang zulumat apa ngikut yang an Nuur
Apalagi ngikut yang zulumat, yaitu yang sesat
itulah yang dihancurkan Tuhan
Hancurnya perasaan hati yang disesatkan.
dan bila ngikut yang nuur
sepenuhnya dawuh guru yang dijadikan pedoman
maka dialah yang diselamatkan
dengan rasa bahagia bertemu dengan DiriNya
sebab ngertinya dengan maksud firmanNya
Kullu syai’in haalikun illa wajhahu.

Yang zulumat dan kemudian dihancurkan
lalu merasakan hancurnya rasa merasakan di tempat sesatnya
adalah yang tidak waspada terhadap ngamuknya lelembut
dan lelembut yang selalu ngamuk itu adalah
lelembut yang biasa bersembunyi 
di dalam dadanya sendiri 
yang seia sekata dengan nafsu dan watak akunya manusia
karena itu perlu meminta bantuan kepada para wali kutub
para wali yang ditugasi Ilaahi menjaga tepi-tepinya jagad.

Dan hakekat jagad itu adalah alam shaghirnya sendiri 
yang ada di dalam dadanya
dan hakekat wali kutub itu adalah
Daya dan Kekuatan Ilaahi sendiri, yaitu Ruh Ilaahi 
yang menjadikan manusia ada keluar masuknya nafas di dalam dada
maka yang terjaga oleh para wali Allah ini 
adalah mereka (murid) yang telah paham dan telah ngerti
dengan makna hakekat yang sejati murni 
hingga yang terasa dengan seyakinnya, dalam dadanya
adalah Ada dan Wujud DiriNya Dzat Yang Mutlak WujudNya

dan hanya DiriNya-lah satu-satuNya
yang Merajai dan Menguasai dada tempat alam shaghirnya
itulah bahagia yang sejati murni
itu pula yang merdeka sejati dan sempurna
hidupnya dalam wilayahnya Ratu Adil
yang Ratu Adil itu adalah Tuhan itu sendiri
juga bahagia di zaman Imam Mahdi
sebab Imam Mahdi itu adalah 
juga Tuhan itu sendiri, yang menampak nyata dalam rasa hatinya
yang menjadi imam hidupnya
yang senantiasa diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hatinya.

Tulisan yang terus mengalir ini
adalah tulisan yang mengalir dari Cahaya DiriNya
maka barang siapa (murid) 
yang dikehendaki dapat menangkap dan mencerna 
itulah hamba yang dipilih dengan hidayahNya.

11 Dzulhijjah 1423 H
Pondok Sufi, Tanjung, 
13 Pebruari 2003 M

Dari Lembaga Ketuhanan,








MUHAMMAD MUNAWWAR AFANDI


Selengkapnya...